Anggapan bahwa kerja kantoran itu lebih enak tidak selamanya benar. Pekerjaan yang mengharuskan seseorang duduk berjam-jam tanpa banyak bergerak justru punya lebih banyak risiko, mulai dari nyeri otot hingga kanker yang mematikan.
Repetitive Strain Injury (RSI) merupakan pemicu nyeri otot dan persendian yang paling banyak dialami oleh pekerja kantoran. Gangguan ini merupakan cedera otot atau sendi yang terjadi karena melakukan gerakan yang sama, berulang-ulang dan terus menerus.
Pekerja kantoran yang cenderung duduk sepanjang hari rentan mengalami RSI karena gerakannya hanya itu-itu saja, misalnya mengetik dan menggerakkan mouse. Menurut survei Microsoft, RSI menyebabkan 30 persen karyawan pernah bolos kerja dan memicu kerugian Rp 4,2 triliun/tahun.
Meski sangat merugikan, perusahaan cenderung tidak menganggap RSI sebagai ancaman kesehatan yang serius. Buktinya menurut survei tersebut, 68 persen keluhan para karyawan terkait RSI tidak mendapat tanggapan dari bagian Human Resources Developmnet (HRD).
Sementara itu, risiko kanker pada pekerja kantoran terungkap sejak 1987 lewat penelitian Prof Richard Stevens dari University of Connecticut. Dikutip dari Telegraph, Rabu (20/42011), penelitian pada tikus tersebut mengaitkan cahaya lampu di perkantoran dengan peningkatan risiko kanker.
Penelitian ini lebih dikaitkan dengan pekerja kantoran yang sering mendapatkan jadwal masuk malam. Hasil pengamatan pada tikus, siklus gelap-terang yang tidak teratur akibat manipulasi cahaya lampu dapat memicu kanker serta peningkatan risiko mati muda.
Dugaan bahwa kerja kantoran bisa memicu kanker diperkuat lagi pada 2007 dengan pernyataan dari International Agency for Research on Cancer, sebuah badan di bawah WHO yang mengurusi kanker. Badan tersebut mengolongkan kerja kantoran sebagai faktor yang diduga kuat memicu kanker.
Kerja kantoran yang menuntut seseorang untuk tidak banyak bergerak digolongkan sebagai 'probable carcinogen' atau diyakini sebagai karsinogen. Artinya, kerja kantoran nyaris disamakan dengan karsinogen atau pemicu kanker lainnya seperti rokok, radiasi dan polusi udara.
Penelitian terbaru pada tahun 2011 akhirnya memastikan adanya kaitan erat antara kerja kantoran dengan risiko kanker, khususnya kanker usus. Orang-orang yang bekerja di kantor paling sedikit 10 tahun akan mengalami peningkatan risiko kanker usus hingga 2 kali lipat.
Repetitive Strain Injury (RSI) merupakan pemicu nyeri otot dan persendian yang paling banyak dialami oleh pekerja kantoran. Gangguan ini merupakan cedera otot atau sendi yang terjadi karena melakukan gerakan yang sama, berulang-ulang dan terus menerus.
Pekerja kantoran yang cenderung duduk sepanjang hari rentan mengalami RSI karena gerakannya hanya itu-itu saja, misalnya mengetik dan menggerakkan mouse. Menurut survei Microsoft, RSI menyebabkan 30 persen karyawan pernah bolos kerja dan memicu kerugian Rp 4,2 triliun/tahun.
Meski sangat merugikan, perusahaan cenderung tidak menganggap RSI sebagai ancaman kesehatan yang serius. Buktinya menurut survei tersebut, 68 persen keluhan para karyawan terkait RSI tidak mendapat tanggapan dari bagian Human Resources Developmnet (HRD).
Sementara itu, risiko kanker pada pekerja kantoran terungkap sejak 1987 lewat penelitian Prof Richard Stevens dari University of Connecticut. Dikutip dari Telegraph, Rabu (20/42011), penelitian pada tikus tersebut mengaitkan cahaya lampu di perkantoran dengan peningkatan risiko kanker.
Penelitian ini lebih dikaitkan dengan pekerja kantoran yang sering mendapatkan jadwal masuk malam. Hasil pengamatan pada tikus, siklus gelap-terang yang tidak teratur akibat manipulasi cahaya lampu dapat memicu kanker serta peningkatan risiko mati muda.
Dugaan bahwa kerja kantoran bisa memicu kanker diperkuat lagi pada 2007 dengan pernyataan dari International Agency for Research on Cancer, sebuah badan di bawah WHO yang mengurusi kanker. Badan tersebut mengolongkan kerja kantoran sebagai faktor yang diduga kuat memicu kanker.
Kerja kantoran yang menuntut seseorang untuk tidak banyak bergerak digolongkan sebagai 'probable carcinogen' atau diyakini sebagai karsinogen. Artinya, kerja kantoran nyaris disamakan dengan karsinogen atau pemicu kanker lainnya seperti rokok, radiasi dan polusi udara.
Penelitian terbaru pada tahun 2011 akhirnya memastikan adanya kaitan erat antara kerja kantoran dengan risiko kanker, khususnya kanker usus. Orang-orang yang bekerja di kantor paling sedikit 10 tahun akan mengalami peningkatan risiko kanker usus hingga 2 kali lipat.
0 komentar:
Posting Komentar